Kala langkahku berderap masuk kamar ini
Mataku terpana menatap dinding putih
Bergantung Potret padat makna
Di sana terpampang wajah-wajah akrab
Jejaka Cendana dan gadi Sandelwood
Duduk berdamping di balik puing-puing kehancuran
Dan reruntuhan tembok-tembok kota
Pancaran mata penuh ceria
Membalut luka curiga bertepuk sebelah tangan
Serasa aku melihat,
Hati mereka merajut benang-benang kasih
Menjadi kain bermotif cinta
Seakan aku simak
Pijar mata mereka penuh yakin
Di celah-celah puing kehancuran
Bertumbuh tunas-tunas cinta
Bersemi di hati yang mendamba
Birakan aku menamai kamar ini
Kamar potret pengharapan
Berhenti sejenak di persimpangan jalan cita-cita
Biar Cuma sesaat
Untuk saling memandang, mengetuk jendela hati
Semoga nama terpatri di sana
Wahai kamar bergantung potret padat makna
Biarkan aku bersimpuh di sini
Untuk memandang dan boleh berharap
Hati mereka bersanding mentari
Sambil menoreh angan di langit biru
Bulan sekali kelak jatuh ke pangkuan
Wairpelit, Maret 1993
Buat Kae Octo Klau dan Lidya lodang
**** Rewritte : Sabtu 21 November 2009.
AKHIRNYA KITA BERSATU LAGI
Akhirnya kita bersatu lagi di sini
Di antara puing-puing kehancuran
Di balik-tembok-tembok yang rubuh
Di kota duka
Bencana alam sembilan dua
Kita bersatu lagi
Menyanyikan lagu-lagu riang
Mengangkat kidung pujian
Bergema mars kemenangan
Cinta tak roboh diguncang gempa
Tak tenggelam walau gelombang pasang meneimpa
Hari ini semestinya kita menulis puisi
Dengan nuansa-nuansa baru
Pada birunya kisah kita
Seperti pasang laut dan ombak malam hari
Menghapus bekas-bekas kaki pada pasir
Akhirnya kita bersatu lagi
Di akhir badai lena berallu
Dan hari-hari remuk dan keruh pergi
Di hatiku, hatimu terpatri rasa
Ikan dan air
Akhirny kita bersatu lagi
Berjanji menghapus luka-luka hati
Seia sekata dalam rencana
Pabila badai melanda
Kita beralari ke dalam celah-celah hati
Penuh kasih dan sayang
Bersembunyi di balik dinding cinta
Kalau pun maut menjemput
Seirama kita ke sana
Wairpelit, 5 maret 1993
Buat dikenang Pesahabatan Laura Rity
*** rewrite 21 November 2009
Dalam derap langkahmu hari
Kembali lorong-lorong kenangan bersaksi
Kita seirama menghitung batu-batu bisu
Kita bercerita tentang waktu yang pergi
Dan musim yang berlalu
Di hati masih ada tanya ingin lepas
Dari jendela-jendela yang tertutup
Mengintip celah-celah kelam
Masihkah ada sepenggal harapan
Tersimpan di sana.
Hari ini mestinya kucatat
Di sinilah pertemuan itu terjadi
Bukan untuk bersekutu
Bukan pula untuk berperang
Tapi Cuma menggoyangkan lonceng kenangan
Biar bergema dentanganya membelah gunung
Memantul dari lembah ke lembah
Kabarkan pada alam kering kerontang
Di sinilah kita bersatu lagi
Wairpelit, 22 Maret 1993
Buat Merpati Putih
**** Rewritte , 20 Nov. 2009
Kala
lagu ini kembali berkumandang
Dentang
imanku kembali bergema
Dari
rantuan kelana terasing
Serasa
memanggil aku mengenang kembali
Lorong-lorong
kesunyian berbuah rahmat
Di
sana
Tersimpan
ceritaku masa lalu
Tergantung
potretku tegak berjubah
Memandang
dunia dari simpang
Lawan
arus
Membangunnya
dari dalam
Di
atas wadas iman yang rapuh
Di
situ
Lagu
itu kami nyanyikan malam hari
Mengangkat
puja rahmat berlalu
Mengemis
kasih malam nanti
Menggantung
harap bangun di pagi hari
Boleh
memandang cerahnya mentari
Dan
beningnya embun pagi
Pada
pucuk-pucuk hijau
Kini
lagu itu kuulangi
Dari
lorong-lorong bising kesibukan dunia
Untuk
mengenang kisah anak manusia
Hidup
ini penuh kenangan
Wairpelit, 24 Maret 1993
**** Rewritte , 20 Nov. 2009
Maumere
manis e..e
Tak
lagi merdu terdengar
Kala
senjanya sebuah kasih
Mengukir
kisah di dermaga tua
Seakan
pasrah pada kapal-kapal
Yang
buas merenggut hati dan cinta
Ke
balik puccuk-pucuk gelombang
Tak
berbelas kasihan pada yang ditinggalkan
Pelabuhan
jadi saksi
Kita
menambatkan
Penantian
panjang
Kembali
pulang membawa sekeping hati
Yang
pernah hilang
Wairpelit, 23 Juni 1993
Kenangan perpisahan
dengan Edna
**** Rewritte , 20 Nov. 2009
Malam
sunyi mencekam sepi
Merajut
mimpi-mimpi
Menjaring
angan
Merenda
rindu
Di
celah-celah napas sahabat
Yang
terlelap tidur di samping
Terselip
pesan perjuangan kaum miskin
Mencari
sesuap nasi dan seteguk air
Namun
yang mereka terima
Cumalah
janji pembangunan atas nama mereka
Tapi
hasilnya dinikmati para penguasa
Dalam
dengkur lelaki tua
Di
balai-balai
Tersimpan
sejuta dendam hati tertindas
Kaum
birokrat
Menanti
fajar memerangi ketamakan Boss
Oh
malam yang sunyi
Masihkah
kau menyembunyikan
Suara-suara
kecil yang mengeluh
Dan
akankah kau tetap menampung
Mimpi-mimpi
kaum pinggiran
Akan
hari esok yang tak pernah berubah
Oleh
kemiskinan struktural???
Nangalimang,
23 Juli 1993.
Refleksi
KKN di SANRES
**** Rewritte , 20 Nov. 2009
Malam
bertanya siapa aku
Aku
adalah rahasia malam yang hitam
Ada
kebisuan yang penuh tanya
Memandang
pekatnya malam jiwa
Berdau
pandangan sayu pada bulan
Suram
menyabit
Hatiku
Cuma nyanyian keraguan
Dengan
nada-nada pasrah
Menanti
fajar merekah
Angin
berbisik siapa aku
Aku
ruhnya heran diingkari zaman
Aku
angin yang tak pernha berhenti
Menggelanan
tak ada akhir
Terus
melangkah tanpa henti
Dan
bila terbentur curamnya
Aku
akan kembali dengan sinar mata
Yang
sayu
Waktu
bertanya siapa aku
Sku
bagai dia yang memeluk
hari-hari
berlalu dan menunjuk yang akan datang
Aku
bangkitkan pesona harapan yang menawan
Menghidupkan
masa lampau yang silam
Mrangkai
masa depan mengynyah sesuap nasi
Yang
ditebus dengan keringat dan darah
Dan
bila kau bertanya siapa aku
Aku
adalah anak penggelandang
Berumah
di hati pembelas kasih
Bercinta
dalam dekapan
Tangan-tangan
yang terbuka
Refleksi
: Kerja sambil kuliah karena tidak ada uang
Nangalimang,
4 November 1993
**** Rewritte , 20 Nov. 2009
Walau
larut malam
Mataku
belum larut dan sayu
Menanti
dalam bayang-bayang rindu
Kau si
seberang jalan
Aku di
sini sepi
Bukan
karena tak ada lawan bicara
Bukan
karena alam bisu tak bercerita
Tapi
karena hatiku padamu
Terungkap
dalam puisi-puisi rantau
Ini
kutulis di hati
Tentang
cinta yang bersemi
Di
awal Natal
Refleksi
: Kisah cintaku kepada Yohana
Wairpelit,
16 Januari 1994
**** Rewritte , 20 Nov. 2009
Betapa
kebetulan ini
Kita
menyatu hati walau saling asing
Betapa
kebetulan ini
Kita
berawal pada saat yang sama
Pada
kedipan mata pandangan pertama
Lalu
aku bertanya kapan
Lantas
kau berkisah
Tentang
celah-celah hati yang simpatik
Terpancar
pada canda yang menawar harga belanja
Aku
terperanjat karena sadar
Di
saat yang sama hatiku pun hilang
Jatuh
pada hatimu
Di
sinilah kebetulan itu terjadi
Kita
sama-sama menyimpan rasa
Terungkap
pada hari menjelang natal
Menyatu
pada detik-detik tahun baru
Dan
hati kitapun seakan ladang baru
Tempat
kita menabur cinta
Bertunas
dari hari ke hari
Bersemi
kuncup-kuncup rindu
Yang
membara bila sehari tak bertemu
Berdaun
satu-satu pada keping-keping
Kemesraan
yang menggetar.
Ini
kebetulan
Yang
akan menjadi cerita cinta
Sama-sama
kita menunduk kepala
Mengangkat
hati cinta kita
Berbunga
harum semerbak
Mewangi
alam juang dengan aroma yang berhamburan
Pada
malam pengantin pada mimpi-mimpi
Refleksi
: Kisah cintaku kepada Yohana
Wairpelit,
17 Januari 1994
**** Rewritte , 20 Nov. 2009
Dimalam
yang sepih ini
Ada
hasrat berpeluk tak lepas
Menyiksa
hati tak ingin sendiri
Melangit
angan bersanding berdua
Menepis
gelisah bayang-bayang rindu
Terpuaskan..
Dari
sudut kampung
Kudengar
anjing menggonggong lepas suara
Kemduan
sunyi ditelan senyap malam
Di
sudut hatiku yang jatuh cinta
Masih
terdengar merdu suaramu
Mesrah
berbisik jujur
Selebut
sutra mengikat hati
Bila
esok kita bertemu
Aku
akan ceritakan tentang rintihanku malam ini
Menjadi
teman bercanda dalam mimpi-mimpi indah
Dan
akan kunikmati sinar matamu
Yang
tak lenyap dalam pelupuk mataku
Merayu
hati tak ingin pisah
Menyejuk
kasih tak kuasa menahan rindu.
Buat
Yoni Kekasihku
Wairpelit,
18 Januari 1994
**** Rewritte , 20 Nov. 2009
CINTA MENGALAHKAN SEGALANYA
Pandanglah
sinar mataku
Walau
sayu tapi tak redup
Di
sini tersimpan sinar kehidupan
Dan
tergantung bintang gemerlap
Pujaan
hatimu
Kala
kau hening menyimak sukma
Salju
turun di sawang lapang
Dan
mimpi-mimpi kita yang bisu
Bersemi
dan mekar pada langit hati
Musim
semi akan tiba sesaat
Dari
semua damba dan harapan
Akan
terpuaskan
Semua
mimpi yang menggetar
Akan
meleleh lenyap dan tiada
Dan
Kau pun tahu
Segala
rahasia adat dan agama
Akan
mencair dan mengalir
Pada
sungi kehidupan di lembah cinta
Sungaipun
akan menyelimuti jeritanmu
Dan
mengubah sendu jadi kidung bintang
Dalam
nada-nada musim semi
Di
sinilah kita lupa asal usul kita
Laut
senantiasa membuka tangan
Keibuannya
dan mendekap
Meraih
kita dalam dekapannya
Buat
Yoni Kekasihku
Wairpelit,
24 Januari 1994
**** Rewritte , 20 Nov. 2009
Kepadamu
kukeluhkan duka yang membisu
Jatuh
ke ladang hati
Bagai
benih tumbuh bersama ratapan malam
Aku
terpenjara dalam kenyataan
Dan kegelapan
masa bakti
Aku
laksana burung rajawali
Terpenjara
dalam sangkar besi
Menjerit
tak mampu
Menangis
tak ada air mata
Kala
aku melangkah menemukan jalan
Sebilah
pedang penghinaan menembus
Menikam
hati mengalir darah keputusasaan
Yang
kugapai
Cuma bayang-bayang
mimpi awan kelabu
Aku
menemukan kesendirian
Himpunan
dukacita yang membelenggu
Yang
kuraih Cuma bayang-bayang malam
Mengganjal
kesedihan hati yang bertanya
Kesedihanku
Adalah
duri dalam hati
Yang
menusuk liku-liku hidup tanpa harapan
Ratapanku
adalah untaian sanjak
Nada-nada
keluh
Pada
lembaran masa muda yang kosong.
Refleksi
: keterpecahan diri
Wairpelit,
27 Januari 1994
**** Rewritte , 20 Nov. 2009
Kutanam
di taman damba
Pada
musim hujan di akhir tahun
Kala
lonceng natal berdentang
Dan
sepasang burung gereja mencecit
Memaduh
kasih pada ranting-ranting bertunas
Kusirami
dengan cinta
Serasa
sinar mentari terpantul bening
Butir-butir
kasih kupercikan dengan kelembutan
Selagi
getar-getar harapan kubisikan
Dalam
bahasa diam
Detik-detik
awal tahun adalah tanda
Setangkai
mawar bertunas di tamanku
Membalas
bisikan harapan yang menggetar
Tersenyum
dalam bahasa hati
Men
janjikan setangkai bunga
Bila
musim bunga tiba
Buat
Yoni Kekasihku di Kaki bukit
Wairpelit,
4 Februari 1994
**** Rewritte , 20 Nov. 2009
Di
akhir Ziarahku hari ini
Aku
duduk terenung
Di
atas kursi bambu
Menikmati
keheningan malam
Mataku
tertuju pada cahaya neon dari seberang jalan
Terkadang
pudar karena lambaian daun ketapang
Diterpa
angin malam
Mengucapkan
isyarat dan bertanya
Mengapa
berada di sini
Antara
kursi bambu dan neon
Terbentang
bayang-bayang hampa
Selagi
dirIku tak
tahu menjawab
Mengapa
aku termenung di sini
Refelski
keterpecahan diri
Wairpelit,
10 Mei 1994
**** Rewritte , 20 Nov. 2009
JAWABAN
UNTUK PENGAWASAN KETAT
Di
sinilah kata itu kutulis
Bagai
desau angin malam yang mendesir
Bagai pasir dan ombak yang
menderu
Bagai mata yang memandang
diri
Biarlah
kata dan nada-nada sumbang
Membuat
melodi cinta tak panjang
Sebab
hanya bulan purnama
Yang
mengintai gontai langkah dimalam yang gulita
Dan
kerikil jalan setapak yang bersaksi
Langkah
kaki telanjang
Tanpa
alas membungkus kesakitan
Perjalanan
cinta memang bertebing dan terjal
Bila
kumpulan isi hati bukan dasar pijak
Langkah
itu terkapar dan jatuh
Ini
kutulis kata itu
Pada
lembar hidup masa lalu
Di
sana akan terselipkan untaian tutur dan puisi tua
Karena
puisi itulah jejak-jejak kaki ziarah hidupku
Ijinkan
kau berdiam diri
Menanam
pucuk-pucuk hidup
Dalam
ladang kalbu yang luas
Agar
bertumbuh
Dan
menati musim untuk berbuah
Refleksi
keterpecahan diri
Wairpelit,
13 Mei 1994
**** Rewritte , 20 Nov. 2009