Senin, 07 Januari 2013

Refleksi gerakan Kopdit di Manggarai-Flores



MENUJU KABUPATEN KOPERASI:
     Tema  Utama Pembangunan Manggarai Raya[1]                                                     Oleh  :   Fransiksus Kalis Laja, S.Fil



Pendahuluan

Entah untuk berapa ribu kali sudah tema pembangunan dicanangkan oleh pemerintah Indonesia dalam rangka mengupayakan kesejahteraan seluruh rakyat,  mulai dari tingkat pusat sampai tingkat daerah. Pada umumnya tema yang diangkat berawal dari kampanye  untuk dipilih rakyat, diteruskan dalam memelihara dan merawat kedudukan yang telah dimiliki, sampai pada saat  untuk mempertahankan kedudukan pada periode perikutnya. Beberapa program dan kegiatan pun diluncurkan untuk merealisasikan tema  itu, namun pada umumnya tidak banyak informasi dan cerita yang dapat diketahui  public sebagai evaluasi obyektif bahwa tema dan  program kegiatan yang telah dilaksanakan berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyat atau tidak. Kondisi rakyat  Indoneisia yang dilayani  semakin hari semakin sulit. Bahkan semakin beralawanan dengan tujuan tema tema yang dikampanyekan serta program dan hasil nyata kegiatan yang tdilaksanakan. Apa yang salah….. ? yang pasti kaca mata saya yang salah. Karena melihat tema politis dengan kaca mata praktisi LSM. Tema pembangunan yang dicanangkan pemerintah harus dinilai menggunakan kaca mata politis. Apa artinya ??? para pemimpin hasil rekrutmen politik selalu memainkan peran politis dalam seluruh proses pembangunan. Tema pembangunan yang dicanangkan pemimpin politis  harus  dibaca apa yang tidak dikatakan, karena bagi mereka, lain yang dikatakan, lain yang dibuat dan lain yang dipikirkan.

Menjelang suksesi kepemimpinan Gubernur Nusa Tenggara Timur, Propinsi Koperasi adalah tema utama Kampanye untuk merebut hati rakyat, kini tema itu pun terus dikumandangkan dan beberapa program sudah diluncurkan. Bagai gayung bersambut para pemimpin kabupaten pun mencanangkan Kabupaten Koperasi, tidak ketinggalan kabupaten Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat (Manggarai Raya). Sambutan rakyat terhadap tema, program dan kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan pun bervariasi sesuai dengan kaca mata mereka masing-masing. Ada yang antusias dengan berbagai harapan agar mereka menerima manfaat , ada yang merasa biasa saja karena antara yang dicanangkan  dengan hasil yang dicapai pada akhirnya sama saja. Ada yang mengambil sikap antipati dan menolak karena hanya bertujuan untuk mempersiapkan kemenangan suksesi berikutnya. Salah kah rakyat yang menanggapinya berbeda-beda? Anda dan saya menanggapinya bagaimana?...... Rakyat umumnya, anda dan saya tidak akan pernah salah dalam menanggapi tema Propinsi Koperasi,  karena tergantung pada masing-masing  kaca mata yang kita pakai.

Tema Manggarai Raya sebagai Kabupaten Koperasi sudah membumi dan sudah ada beberapa  kegiatan nyata baik pemerintah kabupaten maupun LSM serta rakyat dalam menyambut dan menyukseskan tema ini. Terlepas berbagai tanggapan yang bergemuruh di tingkat masyarakat, saya secara pribadi melihat tema ini adalah sebuah peluang. Sebagai salah seorang yang  menghidupi spiritiulitas Koperasi kredit, bagi saya tema Manggarai Raya Kabupaten Koperasi adalah sebuah peluang. Peluang yang memungkinkan seluruh rakyat, anda dan saya  mamahami apa itu Koperasi dan manfaatnya; peluang untuk menyadarkan rakyat , sesama anggota Koperasi Kredit  nilai lebih dari hidup berkoperasi. Pada tingkat yang paling tinggi  peluang untuk mengkritisi berbagai metode dan strategi yang dilakukan oleh semua pihak termasuk pemerintah kabupaten Manggarai dalam menumbuhkembangkan Koperasi di bumi Manggarai Raya tercinta.


Manggarai Kabupaten Koperasi.  Apa itu?

Banyak orang mengucapkan dan bahkan mencanangkan Manggarai Kabupaten Koperasi, dan banyak pula  orang yang belum  tahu apa itu Kabupaten Koperasi. Beberapa indikator yang menjadikan sebuah kabupaten menjadi kabupaten Koperasi antara lain adalah : bertumbuhnya berbagai  lembaga Koperasi berbadan hukum di satu daerah, minimal adanya satu buah koperasi yang hidup dan berkembang baik pada satu kecamatan, meningkatnya modal dan volume usaha dari koperasi di satu daerah dan lain sebagainya. Untuk hal itu maka tugas pemerintah dan masyarakat adalah bagaimana memfasilitasi agar terbentuknya berbagai koperasi dan koperasi yang terbentuk itu harus berbadan hukum, menyalurkan berbagai dukungan modal kepada koperasi berbadan hukum baik dana pinjaman bergulir, maupun dana hibah demi kesejahteraan anggota koperasi. Pada gilirannya koperasi yang baik adalah bila mampu mengembalikan modal pinjaman yang diberikan kepada lembaga yang bersangkutan. Setiap tahun ada sejumlah uang yang digulirkan kepada Lembaga Koperasi berbadan hukum demi menambah modal usaha. Kinerja pemerintah daerah pun diukur dari sejauhmana mampu mencairkan dana yang tersedia itu kepada lembaga koperasi.  Sebagai kabupaten Koperasi maka segala program dan kegiatan yang dilakukan pemerintah daerah dalam hal ini dinas dan SKPD terkait mengarahkan pada hal-hal tersebut di atas.

Manggarai Kabupaten Koperasi : Peluang bagi Pengembangan Koperasi Kredit (Kopdit)

Sebagai salah seorang yang telah lama berkecimpung di dalam Gerakan Koperasi Kredit Indonesia (GKKI), saya sungguh berharap  bahwa Manggarai Kabupaten Koperasi adalah peluang emas bagi berkembangnya Koperasi Kredit di Wilayah Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) Manggarai yang menaungi berbagai Koperasi Primer di Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat. Tercatat ada 43 Koperasi Primer yang telah bergabung menjadi anggota Dampingan Puskopdit Manggarai dengan total Modal 19.5 milyard serta jumlah anggota perorangan sebanyak 12.540-an orang. Jumlah ini sungguh sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah pada Puskopdit lain di  wilayah Indonesia umunya atau dibandingkan dengan jumlah pada Puskopdit Ende-Ngada serta Maumere Lembaga di wilayah Pulau Flores.  Jumlah anggota 12.540-an orang ini sangat kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk Manggarai Raya yang kurang lebih 700.000-an orang. Sampai dengan Desember 2010 hanya 1,7% penduduk Manggarai Raya yang menjadi anggota Koperasi Kredit.

Rapat anggota Daerah (RATDA) Puskopdit Manggarai yang terjadi pada tanggal 12 Mei 2011 di Aula Kopdit Suka Damai Labuan bajo Manggarai Barat ,  dihadiri oleh Pengurus dan Manager Kopdit Primer yang tergabung dalam anggota Dampingan Puskopdit Manggarai. Peserta RATDA telah merumuskan berbagai langkah taktis dan strategis dalam menumbuhkembangkan Koperasi Kredit di wilayah Manggarai Raya, namun sayangnya tidak ada satu orang pun yang mewakili pemerintah dalam RATDA tersebut. Koperasi Kredit yang mengutamakan kumpulan orang/rakyat kecil seharusnya menjadi prioritas dalam program Manggarai Kabupaten Koperasi.

Spiritualitas Koperasi Kredit (Kopdit).

Spiritualitas Koperasi Kredit telah dihidupkan oleh Pendiri Koperasi Kredit Frederich Raiffeisen di Jerman pada abad ke-19, yang terisnpirasi dari keterpurukan rakyat Jerman akibat perang dunia II. Kemiskinan, kelaparan, pengangguran yang melanda rakyat Jerman setelah perang dunia II telah membuat kewalahan pada pemerintah untuk memberikan bantuan, makanan, pakaian, perumahan dan biaya pengobatan. Frederich Raiffeisen yang adalah Walikota saat itu akhirnya tiba pada sebuah kesadaran baru “yang dapat membantu orang miskin, hanyalah orang miskin itu sendiri dengan jalan mengumpulkan uang dari kekurangan mereka, kemudian dipinjamkan di antara mereka dengan bunga yang dapat dijangkau sehingga terjadinya peningkatan modal”. Inilah spiritualitas dasar Koperasi Kredit yang sejak abad ke -19 telah terbukti mampu mengurangi angka kemiskinan dunia sampai saat ini. Semangat solidaritas sesama yang miskin (anggota), sikap demokratis dan transparasi dalam pengelolaan menjadi prinsip dasar dalam spiritualitas ini. “Kau susah aku bantu, aku susah kau bantu”.

Tahun 1960-an semangat ini mulai dihidupkan di Indonesia dengan membentuk Biro Pengembangan Koperasi Kredit tingkat Nasional yang sekarang dinamakan (Induk Koperasi Kredit) INKOPDIT. Sampai dengan Desember 2010 anggota Koperasi Kredit seluruh Indonesia sebanyak 1.290.360 orang. jumlah simpanan anggota yang terhimpun sebesar Rp. Rp.6.89.,068.982.699 (6,8 triliun), pinjaman yang beredar di tangan anggota sebesar Rp. 6.312.697.673.479; Total Modal Rp. 8.097.486.428.878 (8 triliun) dengan total dana Cadangan sebesar Rp. 335.323.755.331. Jumlah ini menyebar pada 927 koperasi kredit Primer pada 36 Wilayah Puskopdit  seluruh Indonesia.

Data  ini menunjukkan bahwa spiritualitas Koperasi Kredit mampu dihidupkan oleh rakyat Indonesia, dan akan terus meningkat jumlah orang yang akan menghidupinya sehingga pada saatnya akan tiba pada kesadaran seluruh rakyat bahwa Koperasi Kredit  adalah salah satu wadah ekonomi rakyat yang terkuat dan terpercaya dalam mementaskan kemiskinan di Indonesia.
Manggarai kabupaten Koperasi, bagi para pengurus dan manager Koperasi Kredit di wilayah Puskopdit Manggarai haruslah menjadi peluang untuk  menanamkan spiritualitas ini pada masyarakat Manggarai yang belum menjadi anggota Koperasi kredit dan menguatkan spiritualitas ini pada masyarakat yang sudah menjadi anggota. Terpartinya spiritualitas ini akan mampu menyadarkan masyarakat Manggarai  untuk lebih kritis terhadap metode dan kegiatan berkaitan dengan Kabupaten Koperasi oleh pemerintah.  Masyarakat Manggarai  juga akan sadar bahwa kelompok Koperasi yang dibentuk secara dadakan, dengan modal karbitan dan legalitas formal administrasi organisasi yang  diurus secara maraton,  cepat atau lambat akan bubar. Masyarakat Manggarai pun menyadari bahwa kelompok-kelompok ekonomi rakyat di pedesaan yang terbentuk sebagai jawaban atas program Kabupaten Koperasi tidak lebih dari kumpulan orang-orang yang mengharapkan bantuan modal tanpa bersusah payah menyimpan dari kekurangannya. Masyarakat Manggarai telah menghidupi spiritualitas Koperasi Kredit  akan  ditantang pada keyakinanya sendiri  bahwa “yang dapat mengeluarkan kita dari situasi kemiskinan dan keterbatasan adalah kita sendiri, bukan pemerintah, bukan LSM,……”  bukan pula tulisan ini.

Kabupaten Koperasi : Menuju kehancuran Spiritualitas Koperasi Kredit ???

Pernyataan ini sungguh sebuah pertanyaan yang menggugat pembaca sekalian. Setuju atau tidak ini adalah kegelisahan saya sebagai salah satu dari ribuaan rakyat Manggarai. Menghidupi keluarga dan bekerja sebagai praktisi LSM mengharuskan saya untuk berkelana pada di wilayah tiga Kabupaten Manggarai ini, tujuh kecamatan dan lima belas desa. Dari bibir segelas tuak, secangkir kopi pahit dan sebatang rokok, saya diperdengarkan dengan berbagai cerita kegembiraan, harapan dan kegelisahan rakyat di kampung dimana saya harus  menginap karena kemalaman, dari pertigaan jalan setapak  dan jalan aspal saat menunggu mobil pada pagi buta, dari pondok  pinggir kebun saat berteduh kala hujan lebat mengguyur. Yah… dari rakyat Manggarai kabupaten Koperasi itu. Mereka bercerita tentang prestasi mereka telah membentuk kelompok GAPOKTAN, Ibu-ibu cerita telah menjadi  anggota kelompok SPP, mereka bercerita tentang pencairan dana 30 juta kepada mereka karena telah mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, dan lain sebagainya. Bahkan terlalu bersemangat sampai-sampai mereka bertanya kapan kelompok mereka mendapat bantuan dana, seakan saya bagian dari pengambil keputusan untuk itu. Kegelisahan pun tak terduga muncul dari bibir mereka, tentang kemampuan mengembalikan pinjaman, tentang kepengurusan, tentang pendamping dan lain sebagainya.
Pengalaman inilah yang menggugah saya untuk berhenti sejenak memarkir sepeda motor GL MAX tua yang telah menemaniku selama 11 tahun berkelana. di pinggir jalan yang bisa memandang luas sebagian wilayah yang telah dan akan saya lewati. Bersamaan dengan tarikan hisapan sebatang rokok saya akhirnya kuatir  bahwa kabupaten Koperasi melegitimasi pemahaman yang keliru pada masyarakat tentang Spiritualitas dasar Koperasi khususnya Koperasi Kredit.

Apanya yang salah dalam tema ini. Apakah setting program, apakah kemampuan  fasilitator, metode, indikator pencapaian tujuan, moment yang tidak pas atau hal lain…..??? Kalau kegelisahan rakyat itu terjadi dan program ini tidak mampu mengentaskan kemiskinan akankah rakyat yang selalu disalahkan seperti kegagalan program-program sebelumnya…???.  Yang  tertampak adalah berjamurnya kelompok Koperasi atau kelompok ekonomi lainnya yang siap menerima bantuan dana berupa pinjaman atau hibah. Syaratnya pun mudah saja, kumpul belasan orang atau dua puluhan orang, pilih pengurus, urus  administrasi formal berbadan hukum  ada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga jiplakan  dan… terima 20 juta atau 30 juta.

Saya akhirnya teringat pada mata pelajaran JASA di Seminari Kisol dua puluh tahun silam. Guru saya setia sekali menjelaskan tentang apa itu Koperasi, PT dan CV. Yang paling berkesan adalah tentang Koperasi. Tanpa mengingat semua rumusan yang baku saya hanya mengingat bahwa “ Koperasi adalah kumpulan orang yang bersepakat untuk membentuk modal bersama demi kesejahteraan anggota”. Koperasi berasaskan kekeluargaan dan kerja sama. Modal koperasi berasal dari anggota, dikembangkan oleh anggota dan hasilnya dimanfaatkan untuk anggota. Pada akhir tahun kalau ada keuntungan/sisa hasil usaha (SHU) dibagikan kepada anggota berdasarkan saham yang dimiliki anggota yang bersangkutan.

Saya juga teringat akan pengalaman saya pada bulan Juli 1996 ketika mengikuti Pelatihan Koperasi Kredit pertama kali di Gedung Mageria – Mau Loo Kecamatan Paga Kabupaten Sikka, yang difasilitasi oleh Bapak Romanus Woga yang sekarang menjadi ketua INKOPDIT diJakarta. Koperasi Kredit (Kopdit) adalah Koperasi Simpan Pinjam. Anggota harus mempunyai simpanan Pokok, simpanan Wajib dan simpanan sukarela. Setiap bulan harus mengikuti pertemuan untuk menyimpan uang, juga meminjam bagi yang membutuhkan serta mendapat pengetahuan bagiamana mengelola uang yang dipinjam dari Koperasi, bagaimana menganalisa tentang besarnya pinjaman modal usaha, keuntungan dari usaha dan kemampuan pengembalian setiap bulan yang biasanya terdiri dari pokok pinjaman dan bunga pinjaman. 

Meneropong realitas yang ada pada masyarakat pedesaan sebagai target gerakan kabupaten Koperasi menggunakan  teleskop matapelajaran SMP dan Pelatihan tersebut di atas  saya akhirnya kuatir bahwa suatu saat nanti masyarakat memahami koperasi secara salah. Nampaknya bagi rakyat Koperasi adalah kumpulan orang untuk menerima bantuan, tidak perlu ada simpanan tetapi langsung Pinjam, bunga pinjaman ditentukan oleh program dan kalau sudah lunas pinjaman pertama boleh bubar dan bentuk baru lagi untuk mendapat pinjaman baru. Kondisi inilah awal dari kehancuran spiritualitas Koperasi umumnya dan koperasi kredit pada khusunya.

Kabupaten Koperasi Peluang Penyadaran Rakyat : Sebuah tawaran Aksi.

Kalau betul jujur dan obyektif pemerintah Indonesia mulai dari tingkat pusat sampai di tingkat daerah, telah menghabiskan milyaran dana setiap tahun untuk meningkatkan ekonomi rakyat melalui dukungan kepada Koperasi. Dalam kenyataan dana-dana yang telah diberikan kepada rakyat dalam berbagai wadah ekonomi sangat sedikit sekali yang memberikan perubahan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat. Ada banyak koperasi yang berkembang baik pada akhirnya bubar dan modal yang terkumpul dimanfaatkan oleh satu dua orang dan biasanya orang yang dianggap pintar dan punya kuasa pada kelompok itu. Apanya yang salah ?

Sejauh yang saya alami setelah lama berkecimpung dalam Gerakan Koperasi Kredit di kabupaten Sikka, Flores Timur dan saat ini sudah setahun di Manggarai saya yakin bahwa pemahaman tentang hidup berkoperasi pada masyarakat pedesaan terlebih khusus pada masyarakat Manggarai Raya masih sangat kurang. Pada tingkat paling parah pemahaman yang kurang ini dimanfaatkan oleh para pemilik modal untuk menjadikan rakyat sebagai kebun yang subur untuk menanamkan uangnya dengan bunga yang tinggi sehingga setiap tahun/bulan ia memetik hasil panennya tanpa membagikan keuntungan pada rakyat yang membungakan uangnya itu. Koperasi dipahami sebagai tempat untuk meminjamkan uang berapa pun bunganya. Pengurus atau manager Koperasi dipahami sebagai orang yang memiliki segudang uang yang siap dipasarkan kepada rakyat yang membutuhkan uang.

Lupakan saja kalau keyakinan saya ini salah…. Dan anggaplah sebagai desau angin bisu yang menerpa sepanjang kelana.
Tetapi kalau anda mengakui keyakinan saya benar, mari kita sama-sama menggugat diri untuk memanfaatkan peluang Kabupaten Koperasi demi penyadaran rakyat Manggarai tentang apa itu Koperasi, bagaimana seluk beluk koperasi itu terpatri pada hati dan semangat juang rakyat. Kesadaran rakyat akan tumbuh dan berkembang baik kalau mereka diberitahu dan diajarkan. Di bawah tema Manggarai Kabupaten Koperasi, mestinya program prioritas adalah Pendidikan dan Pelatihan Koperasi bagi rakyat Manggarai. Alokasi dana untuk pendidikan dan pelatihan Koperasi bagi rakyat di pedesaan harus lebih besar dibandingkan untuk bantuan modal usaha. Program IDT, PPK, UEP dana bergulir BBM dan lain sebagainya telah menjadi seharusnya menjadi sumber inspirasi untuk menemukan metode baru pada program-program yang menyiapkan uang bagi rakyat.

Indikator pencapaian program pun harus jelas. Bila Manggarai menuju kabupaten Koperasi maka indikator yang harus dicapai adalah berapa jumlah rakyat Manggarai yang telah diberi pelatihan tentang seluk beluk Koperasi, berapa kampung dalam satu desa yang telah dilaksanakan sosialisasi tentang Koperasi. Berapa kelompok koperasi yang dibentuk masyarakat sendiri sebagai akibat dari pendidikan dan pelatihan atau sosialisasi yang telah dilaksanakan. Berapa jumlah simpanan mereka secara swadaya sebagai wujud nyata kesadaran mereka. Prestasi pelaksana program pada akhirnya bukan pada jumlah lembaga yang terbentuk dan jumlah dana yang digulirkan untuk bantuan kelompok, tetapi yang paling mendasar berapa orang yang telah diberi pemahaman tantang Koperasi.

Tentu strategi dan metode pelatihan pun harus juga berubah. Bukan Cuma untuk menghabiskan anggaran yang tersedia, sehingga dalam tanda tangan daftar hadir 3 hari tapi dilaksanakan satu hari seperti kebiasaan yang dibuat selama ini. Atau pelatihan biasanya  baru dilaksanakan pada hari-hari terakhir menjelang tutup buku tahun anggaran supaya dana jangan dikembalikan ke Kas Negara. Pelatihan harus betul meningkatkan pemahaman dan keterampilan rakyat dalam berkoperasi. Mencari waktu yang tepat, metode pelatihan yang pas dan fasilitator pelatihan yang berpengalaman adalah bagian dari persiapan aksi penyadaran rakyat akan koperasi.

****** Fransikus Kalis Laja, S.Fil.
Fasilitator Koperasi Kredit
Tinggal di Ruteng



[1] Tulisan ini dipublikasikan di Media lokal Manggarai “INDEPENDEN” pada bulan Agustus 2011. Sebagai reflesi gerakan koperasi kredit di Manggarai-Flores sampai dengan tahun 2011.


Tidak ada komentar: