MENUJU KABUPATEN KOPERASI:
Pendahuluan
Entah untuk berapa ribu kali sudah tema
pembangunan dicanangkan oleh pemerintah Indonesia dalam rangka mengupayakan
kesejahteraan seluruh rakyat, mulai dari
tingkat pusat sampai tingkat daerah. Pada umumnya tema yang diangkat berawal
dari kampanye untuk dipilih rakyat, diteruskan
dalam memelihara dan merawat kedudukan yang telah dimiliki, sampai pada saat untuk mempertahankan kedudukan pada periode
perikutnya. Beberapa program dan kegiatan pun diluncurkan untuk merealisasikan
tema itu, namun pada umumnya tidak banyak
informasi dan cerita yang dapat diketahui public sebagai evaluasi obyektif bahwa tema dan
program kegiatan yang telah dilaksanakan
berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyat atau tidak. Kondisi rakyat Indoneisia yang dilayani semakin hari semakin sulit. Bahkan semakin
beralawanan dengan tujuan tema tema yang dikampanyekan serta program dan hasil
nyata kegiatan yang tdilaksanakan. Apa yang salah….. ? yang pasti kaca mata
saya yang salah. Karena melihat tema politis dengan kaca mata praktisi LSM.
Tema pembangunan yang dicanangkan pemerintah harus dinilai menggunakan kaca
mata politis. Apa artinya ??? para pemimpin hasil rekrutmen politik selalu
memainkan peran politis dalam seluruh proses pembangunan. Tema pembangunan yang
dicanangkan pemimpin politis harus dibaca apa yang tidak dikatakan, karena bagi
mereka, lain yang dikatakan, lain yang dibuat dan lain yang dipikirkan.
Menjelang suksesi kepemimpinan Gubernur Nusa
Tenggara Timur, Propinsi Koperasi adalah tema utama Kampanye untuk merebut hati
rakyat, kini tema itu pun terus dikumandangkan dan beberapa program sudah
diluncurkan. Bagai gayung bersambut para pemimpin kabupaten pun mencanangkan
Kabupaten Koperasi, tidak ketinggalan kabupaten Manggarai, Manggarai Timur dan
Manggarai Barat (Manggarai Raya). Sambutan rakyat terhadap tema, program dan
kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan pun bervariasi sesuai dengan kaca
mata mereka masing-masing. Ada yang antusias dengan berbagai harapan agar
mereka menerima manfaat , ada yang merasa biasa saja karena antara yang
dicanangkan dengan hasil yang dicapai
pada akhirnya sama saja. Ada yang mengambil sikap antipati dan menolak karena
hanya bertujuan untuk mempersiapkan kemenangan suksesi berikutnya. Salah kah rakyat
yang menanggapinya berbeda-beda? Anda dan saya menanggapinya bagaimana?......
Rakyat umumnya, anda dan saya tidak akan pernah salah dalam menanggapi tema
Propinsi Koperasi, karena tergantung
pada masing-masing kaca mata yang kita
pakai.
Tema Manggarai Raya sebagai Kabupaten Koperasi sudah
membumi dan sudah ada beberapa kegiatan
nyata baik pemerintah kabupaten maupun LSM serta rakyat dalam menyambut dan
menyukseskan tema ini. Terlepas berbagai tanggapan yang bergemuruh di tingkat
masyarakat, saya secara pribadi melihat tema ini adalah sebuah peluang. Sebagai
salah seorang yang menghidupi
spiritiulitas Koperasi kredit, bagi saya tema Manggarai Raya Kabupaten Koperasi
adalah sebuah peluang. Peluang yang memungkinkan seluruh rakyat, anda dan saya mamahami apa itu Koperasi dan manfaatnya; peluang
untuk menyadarkan rakyat , sesama anggota Koperasi Kredit nilai lebih dari hidup berkoperasi. Pada
tingkat yang paling tinggi peluang untuk
mengkritisi berbagai metode dan strategi yang dilakukan oleh semua pihak
termasuk pemerintah kabupaten Manggarai dalam menumbuhkembangkan Koperasi di
bumi Manggarai Raya tercinta.
Manggarai Kabupaten
Koperasi. Apa itu?
Banyak orang mengucapkan dan bahkan mencanangkan
Manggarai Kabupaten Koperasi, dan banyak pula orang yang belum tahu apa itu Kabupaten Koperasi. Beberapa
indikator yang menjadikan sebuah kabupaten menjadi kabupaten Koperasi antara
lain adalah : bertumbuhnya berbagai
lembaga Koperasi berbadan hukum di satu daerah, minimal adanya satu buah
koperasi yang hidup dan berkembang baik pada satu kecamatan, meningkatnya modal
dan volume usaha dari koperasi di satu daerah dan lain sebagainya. Untuk hal
itu maka tugas pemerintah dan masyarakat adalah bagaimana memfasilitasi agar
terbentuknya berbagai koperasi dan koperasi yang terbentuk itu harus berbadan
hukum, menyalurkan berbagai dukungan modal kepada koperasi berbadan hukum baik
dana pinjaman bergulir, maupun dana hibah demi kesejahteraan anggota koperasi.
Pada gilirannya koperasi yang baik adalah bila mampu mengembalikan modal
pinjaman yang diberikan kepada lembaga yang bersangkutan. Setiap tahun ada
sejumlah uang yang digulirkan kepada Lembaga Koperasi berbadan hukum demi
menambah modal usaha. Kinerja pemerintah daerah pun diukur dari sejauhmana
mampu mencairkan dana yang tersedia itu kepada lembaga koperasi. Sebagai kabupaten Koperasi maka segala program
dan kegiatan yang dilakukan pemerintah daerah dalam hal ini dinas dan SKPD
terkait mengarahkan pada hal-hal tersebut di atas.
Manggarai
Kabupaten Koperasi : Peluang bagi Pengembangan Koperasi Kredit (Kopdit)
Sebagai salah seorang yang telah lama
berkecimpung di dalam Gerakan Koperasi Kredit Indonesia (GKKI), saya sungguh
berharap bahwa Manggarai Kabupaten
Koperasi adalah peluang emas bagi berkembangnya Koperasi Kredit di Wilayah
Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) Manggarai yang menaungi berbagai Koperasi
Primer di Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat. Tercatat
ada 43 Koperasi Primer yang telah bergabung menjadi anggota Dampingan Puskopdit
Manggarai dengan total Modal 19.5 milyard serta jumlah anggota perorangan
sebanyak 12.540-an orang. Jumlah ini sungguh sangat kecil bila dibandingkan
dengan jumlah pada Puskopdit lain di
wilayah Indonesia umunya atau dibandingkan dengan jumlah pada Puskopdit
Ende-Ngada serta Maumere Lembaga di wilayah Pulau Flores. Jumlah anggota 12.540-an orang ini sangat
kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk Manggarai Raya yang kurang lebih
700.000-an orang. Sampai dengan Desember 2010 hanya 1,7% penduduk Manggarai
Raya yang menjadi anggota Koperasi Kredit.
Rapat anggota Daerah (RATDA) Puskopdit Manggarai
yang terjadi pada tanggal 12 Mei 2011 di Aula Kopdit Suka Damai Labuan bajo
Manggarai Barat , dihadiri oleh Pengurus
dan Manager Kopdit Primer yang tergabung dalam anggota Dampingan Puskopdit
Manggarai. Peserta RATDA telah merumuskan berbagai langkah taktis dan strategis
dalam menumbuhkembangkan Koperasi Kredit di wilayah Manggarai Raya, namun
sayangnya tidak ada satu orang pun yang mewakili pemerintah dalam RATDA
tersebut. Koperasi Kredit yang mengutamakan kumpulan orang/rakyat kecil
seharusnya menjadi prioritas dalam program Manggarai Kabupaten Koperasi.
Spiritualitas
Koperasi Kredit (Kopdit).
Spiritualitas Koperasi Kredit telah dihidupkan
oleh Pendiri Koperasi Kredit Frederich Raiffeisen di Jerman pada abad ke-19,
yang terisnpirasi dari keterpurukan rakyat Jerman akibat perang dunia II.
Kemiskinan, kelaparan, pengangguran yang melanda rakyat Jerman setelah perang
dunia II telah membuat kewalahan pada pemerintah untuk memberikan bantuan,
makanan, pakaian, perumahan dan biaya pengobatan. Frederich Raiffeisen yang
adalah Walikota saat itu akhirnya tiba pada sebuah kesadaran baru “yang dapat membantu orang miskin, hanyalah
orang miskin itu sendiri dengan jalan mengumpulkan uang dari kekurangan mereka,
kemudian dipinjamkan di antara mereka dengan bunga yang dapat dijangkau
sehingga terjadinya peningkatan modal”. Inilah spiritualitas dasar Koperasi
Kredit yang sejak abad ke -19 telah terbukti mampu mengurangi angka kemiskinan
dunia sampai saat ini. Semangat solidaritas sesama yang miskin (anggota), sikap
demokratis dan transparasi dalam pengelolaan menjadi prinsip dasar dalam
spiritualitas ini. “Kau susah aku bantu, aku susah kau bantu”.
Tahun 1960-an semangat ini mulai dihidupkan di
Indonesia dengan membentuk Biro Pengembangan Koperasi Kredit tingkat Nasional
yang sekarang dinamakan (Induk Koperasi Kredit) INKOPDIT. Sampai dengan
Desember 2010 anggota Koperasi Kredit seluruh Indonesia sebanyak 1.290.360
orang. jumlah simpanan anggota yang terhimpun sebesar Rp. Rp.6.89.,068.982.699 (6,8 triliun), pinjaman yang beredar di
tangan anggota sebesar Rp. 6.312.697.673.479; Total Modal Rp. 8.097.486.428.878 (8 triliun) dengan total
dana Cadangan sebesar Rp. 335.323.755.331.
Jumlah ini menyebar pada 927 koperasi kredit Primer pada 36 Wilayah
Puskopdit seluruh Indonesia.
Data ini
menunjukkan bahwa spiritualitas Koperasi Kredit mampu dihidupkan oleh rakyat
Indonesia, dan akan terus meningkat jumlah orang yang akan menghidupinya
sehingga pada saatnya akan tiba pada kesadaran seluruh rakyat bahwa Koperasi
Kredit adalah salah satu wadah ekonomi
rakyat yang terkuat dan terpercaya dalam mementaskan kemiskinan di Indonesia.
Manggarai
kabupaten Koperasi, bagi para pengurus dan manager Koperasi Kredit di wilayah Puskopdit
Manggarai haruslah menjadi peluang untuk
menanamkan spiritualitas ini pada masyarakat Manggarai yang belum
menjadi anggota Koperasi kredit dan menguatkan spiritualitas ini pada masyarakat
yang sudah menjadi anggota. Terpartinya spiritualitas ini akan mampu
menyadarkan masyarakat Manggarai untuk
lebih kritis terhadap metode dan kegiatan berkaitan dengan Kabupaten Koperasi
oleh pemerintah. Masyarakat Manggarai juga akan sadar bahwa kelompok Koperasi yang
dibentuk secara dadakan, dengan modal karbitan dan legalitas formal administrasi
organisasi yang diurus secara maraton, cepat atau lambat akan bubar. Masyarakat
Manggarai pun menyadari bahwa kelompok-kelompok ekonomi rakyat di pedesaan yang
terbentuk sebagai jawaban atas program Kabupaten Koperasi tidak lebih dari
kumpulan orang-orang yang mengharapkan bantuan modal tanpa bersusah payah
menyimpan dari kekurangannya. Masyarakat Manggarai telah menghidupi
spiritualitas Koperasi Kredit akan ditantang pada keyakinanya sendiri bahwa “yang dapat mengeluarkan kita dari
situasi kemiskinan dan keterbatasan adalah kita sendiri, bukan pemerintah,
bukan LSM,……” bukan pula tulisan ini.
Kabupaten Koperasi : Menuju kehancuran
Spiritualitas Koperasi Kredit ???
Pernyataan ini sungguh sebuah pertanyaan yang
menggugat pembaca sekalian. Setuju atau tidak ini adalah kegelisahan saya
sebagai salah satu dari ribuaan rakyat Manggarai. Menghidupi keluarga dan
bekerja sebagai praktisi LSM mengharuskan saya untuk berkelana pada di wilayah
tiga Kabupaten Manggarai ini, tujuh kecamatan dan lima belas desa. Dari bibir
segelas tuak, secangkir kopi pahit dan sebatang rokok, saya diperdengarkan
dengan berbagai cerita kegembiraan, harapan dan kegelisahan rakyat di kampung
dimana saya harus menginap karena
kemalaman, dari pertigaan jalan setapak
dan jalan aspal saat menunggu mobil pada pagi buta, dari pondok pinggir kebun saat berteduh kala hujan lebat
mengguyur. Yah… dari rakyat Manggarai kabupaten Koperasi itu. Mereka bercerita
tentang prestasi mereka telah membentuk kelompok GAPOKTAN, Ibu-ibu cerita telah
menjadi anggota kelompok SPP, mereka
bercerita tentang pencairan dana 30 juta kepada mereka karena telah mempunyai
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, dan lain sebagainya. Bahkan terlalu
bersemangat sampai-sampai mereka bertanya kapan kelompok mereka mendapat
bantuan dana, seakan saya bagian dari pengambil keputusan untuk itu.
Kegelisahan pun tak terduga muncul dari bibir mereka, tentang kemampuan
mengembalikan pinjaman, tentang kepengurusan, tentang pendamping dan lain
sebagainya.
Pengalaman inilah yang menggugah saya untuk
berhenti sejenak memarkir sepeda motor GL MAX tua yang telah menemaniku selama
11 tahun berkelana. di pinggir jalan yang bisa memandang luas sebagian wilayah
yang telah dan akan saya lewati. Bersamaan dengan tarikan hisapan sebatang
rokok saya akhirnya kuatir bahwa
kabupaten Koperasi melegitimasi pemahaman yang keliru pada masyarakat tentang
Spiritualitas dasar Koperasi khususnya Koperasi Kredit.
Apanya yang salah dalam tema ini. Apakah setting
program, apakah kemampuan fasilitator, metode,
indikator pencapaian tujuan, moment yang tidak pas atau hal lain…..??? Kalau
kegelisahan rakyat itu terjadi dan program ini tidak mampu mengentaskan
kemiskinan akankah rakyat yang selalu disalahkan seperti kegagalan
program-program sebelumnya…???. Yang tertampak adalah berjamurnya kelompok
Koperasi atau kelompok ekonomi lainnya yang siap menerima bantuan dana berupa
pinjaman atau hibah. Syaratnya pun mudah saja, kumpul belasan orang atau dua
puluhan orang, pilih pengurus, urus administrasi formal berbadan hukum ada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
jiplakan dan… terima 20 juta atau 30
juta.
Saya akhirnya teringat pada mata pelajaran JASA
di Seminari Kisol dua puluh tahun silam. Guru saya setia sekali menjelaskan
tentang apa itu Koperasi, PT dan CV. Yang paling berkesan
adalah tentang Koperasi. Tanpa mengingat semua rumusan yang baku saya hanya
mengingat bahwa “ Koperasi adalah kumpulan orang yang bersepakat untuk
membentuk modal bersama demi kesejahteraan anggota”. Koperasi berasaskan
kekeluargaan dan kerja sama. Modal koperasi berasal dari anggota, dikembangkan
oleh anggota dan hasilnya dimanfaatkan untuk anggota. Pada akhir tahun kalau
ada keuntungan/sisa hasil usaha (SHU) dibagikan kepada anggota berdasarkan
saham yang dimiliki anggota yang bersangkutan.
Saya juga teringat akan pengalaman saya pada bulan
Juli 1996 ketika mengikuti Pelatihan Koperasi Kredit pertama kali di Gedung
Mageria – Mau Loo Kecamatan Paga Kabupaten Sikka, yang difasilitasi oleh Bapak
Romanus Woga yang sekarang menjadi ketua INKOPDIT diJakarta. Koperasi Kredit
(Kopdit) adalah Koperasi Simpan Pinjam. Anggota harus mempunyai simpanan Pokok,
simpanan Wajib dan simpanan sukarela. Setiap bulan harus mengikuti pertemuan
untuk menyimpan uang, juga meminjam bagi yang membutuhkan serta mendapat
pengetahuan bagiamana mengelola uang yang dipinjam dari Koperasi, bagaimana
menganalisa tentang besarnya pinjaman modal usaha, keuntungan dari usaha dan
kemampuan pengembalian setiap bulan yang biasanya terdiri dari pokok pinjaman
dan bunga pinjaman.
Meneropong realitas yang ada pada masyarakat
pedesaan sebagai target gerakan kabupaten Koperasi menggunakan teleskop matapelajaran SMP dan Pelatihan
tersebut di atas saya akhirnya kuatir
bahwa suatu saat nanti masyarakat memahami koperasi secara salah. Nampaknya
bagi rakyat Koperasi adalah kumpulan orang untuk menerima bantuan, tidak perlu
ada simpanan tetapi langsung Pinjam, bunga pinjaman ditentukan oleh program dan
kalau sudah lunas pinjaman pertama boleh bubar dan bentuk baru lagi untuk
mendapat pinjaman baru. Kondisi inilah awal dari kehancuran spiritualitas
Koperasi umumnya dan koperasi kredit pada khusunya.
Kabupaten
Koperasi Peluang Penyadaran Rakyat : Sebuah tawaran Aksi.
Kalau betul jujur dan obyektif pemerintah
Indonesia mulai dari tingkat pusat sampai di tingkat daerah, telah menghabiskan
milyaran dana setiap tahun untuk meningkatkan ekonomi rakyat melalui dukungan
kepada Koperasi. Dalam kenyataan dana-dana yang telah diberikan kepada rakyat
dalam berbagai wadah ekonomi sangat sedikit sekali yang memberikan perubahan
kondisi ekonomi dan sosial masyarakat. Ada banyak koperasi yang berkembang baik
pada akhirnya bubar dan modal yang terkumpul dimanfaatkan oleh satu dua orang
dan biasanya orang yang dianggap pintar dan punya kuasa pada kelompok itu.
Apanya yang salah ?
Sejauh yang saya alami setelah lama berkecimpung
dalam Gerakan Koperasi Kredit di kabupaten Sikka, Flores Timur dan saat ini
sudah setahun di Manggarai saya yakin bahwa pemahaman tentang hidup berkoperasi
pada masyarakat pedesaan terlebih khusus pada masyarakat Manggarai Raya masih sangat
kurang. Pada tingkat paling parah pemahaman yang kurang ini dimanfaatkan oleh
para pemilik modal untuk menjadikan rakyat sebagai kebun yang subur untuk
menanamkan uangnya dengan bunga yang tinggi sehingga setiap tahun/bulan ia
memetik hasil panennya tanpa membagikan keuntungan pada rakyat yang membungakan
uangnya itu. Koperasi dipahami sebagai tempat untuk meminjamkan uang berapa pun
bunganya. Pengurus atau manager Koperasi dipahami sebagai orang yang memiliki
segudang uang yang siap dipasarkan kepada rakyat yang membutuhkan uang.
Lupakan saja kalau keyakinan saya ini salah…. Dan
anggaplah sebagai desau angin bisu yang menerpa sepanjang kelana.
Tetapi kalau anda mengakui keyakinan saya benar,
mari kita sama-sama menggugat diri untuk memanfaatkan peluang Kabupaten
Koperasi demi penyadaran rakyat Manggarai tentang apa itu Koperasi, bagaimana
seluk beluk koperasi itu terpatri pada hati dan semangat juang rakyat.
Kesadaran rakyat akan tumbuh dan berkembang baik kalau mereka diberitahu dan
diajarkan. Di bawah tema Manggarai Kabupaten Koperasi, mestinya program
prioritas adalah Pendidikan dan Pelatihan Koperasi bagi rakyat Manggarai.
Alokasi dana untuk pendidikan dan pelatihan Koperasi bagi rakyat di pedesaan
harus lebih besar dibandingkan untuk bantuan modal usaha. Program IDT, PPK, UEP
dana bergulir BBM dan lain sebagainya telah menjadi seharusnya menjadi sumber
inspirasi untuk menemukan metode baru pada program-program yang menyiapkan uang
bagi rakyat.
Indikator pencapaian program pun harus jelas.
Bila Manggarai menuju kabupaten Koperasi maka indikator yang harus dicapai
adalah berapa jumlah rakyat Manggarai yang telah diberi pelatihan tentang seluk
beluk Koperasi, berapa kampung dalam satu desa yang telah dilaksanakan
sosialisasi tentang Koperasi. Berapa kelompok koperasi yang dibentuk masyarakat
sendiri sebagai akibat dari pendidikan dan pelatihan atau sosialisasi yang
telah dilaksanakan. Berapa jumlah simpanan mereka secara swadaya sebagai wujud
nyata kesadaran mereka. Prestasi pelaksana program pada akhirnya bukan pada
jumlah lembaga yang terbentuk dan jumlah dana yang digulirkan untuk bantuan
kelompok, tetapi yang paling mendasar berapa orang yang telah diberi pemahaman
tantang Koperasi.
Tentu strategi dan metode pelatihan pun harus
juga berubah. Bukan Cuma untuk menghabiskan anggaran yang tersedia, sehingga
dalam tanda tangan daftar hadir 3 hari tapi dilaksanakan satu hari seperti
kebiasaan yang dibuat selama ini. Atau pelatihan biasanya baru dilaksanakan pada hari-hari terakhir
menjelang tutup buku tahun anggaran supaya dana jangan dikembalikan ke Kas
Negara. Pelatihan harus betul meningkatkan pemahaman dan keterampilan rakyat
dalam berkoperasi. Mencari waktu yang tepat, metode pelatihan yang pas dan
fasilitator pelatihan yang berpengalaman adalah bagian dari persiapan aksi
penyadaran rakyat akan koperasi.
****** Fransikus
Kalis Laja, S.Fil.
Fasilitator Koperasi Kredit
Tinggal di Ruteng
[1] Tulisan ini
dipublikasikan di Media lokal Manggarai “INDEPENDEN” pada bulan Agustus 2011.
Sebagai reflesi gerakan koperasi kredit di Manggarai-Flores sampai dengan tahun
2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar