Selasa, 25 Maret 2014

RINDU INI DATANG LAGI

Rindu ini datang lagi
Kala lonceng kenangan berdentang
Membelah keheningan jiwa
Memantul dinding memori terpatri
Menetes butiran bening
Cinta abadi terus mengalir

Rindu ini sekali lagi menerpa
Kala benang-benang kasih terurai
Terbentang antara hatiku- hatimu
Rindu ini
Bagai menggores
Luka cintaku
Berdarah lagi
Hanya untukmu

Senin, 17 Maret 2014

NYANIAN HATI TERSAYAT

Untukmu,
Aku bernyanyi
Dengan hati yang tersayat
Tentang rindu yang mengharu
Dalam lirik yang menerwang

Untukmu
Aku berbisik
Dalam parau tak terdengar
Diujung bibir yang terkatup
Pada desah yang menghilang

Untuk mu
Aku bercumbu rayu
Dengan sinar mata tak saling memandang
Bersama asa, tak saling mengharap
Jejakmu, Jejakku
Meretas batas
Menuju ke sana

IS AKU CEMBURU

Is, Kekasihku
Pandanglah bulan purnama malam ini
Di samping awan
Di Pucuk cemara
Dicelah-celah batu cadas mengapit

Is kekasihku
Mari bersamaku lagi
Sekejap saja
Masihkah ingat kala kita masih belia
Berdua saling memapah
Merangkak, berdiri, melangkah, jatuh bangun
Dan bangun terus berjalan?

Is, aku masih di sini
Memandang terus mengulang
Pada dahan cemara ini
Kutulis puisi jelita
Bayimu untukku

Is aku kini
di sini lagi
Memandang dalam kecemburuan
Pada mata yang ingin memilikimu

Minggu, 09 Maret 2014

DI BOLA MATAMU KU TERMANGU

Pada bola matamu
Kutermangu dalam keagungan
mengejar impian terus berkelana
menggapai bayangan keteduhan
pada beningnya sinar mata memanah

Pada purnama wajahmu
Kutertegun kagum
Mendamba lirik jiwamu berdendang
Bersama dawai gitarku yang mengalun
Membelai keheningan larutnya malam
Merayu hati terus bernyanyi

Pada merekah senyuman bibirmu
Kurebahkan kelelahan yang melilit
Pasrah mengharap
bangkitkan asa yang tak pernah pupus
Menghitung berjuta denyut nadi
Mengalir cinta untukmu
Yang tak tergadai

Selasa, 04 Maret 2014

DI SINI

Di sini, di kedalaman jiwa ini
Di sini di keteduhan Ziarah ini
Di sini di Kedamaian hati ini
Di sini  di panoramanya keagungan ini

Kulepaskan sejumput dahaga
Kelepaskan pandangan nun jauh
Kelepaskan kepak sayap
Tuk menimba setitik  embun
Penuh Pundi bekal tapak-tapak

yang terus melangkah
menuju kaki langit
Menyusur ufuk barat

KUMPULAN PUISI LAMA



POTRET PADAT MAKNA
Kala langkahku berderap masuk kamar ini
Mataku terpana menatap dinding putih
Bergantung Potret padat makna
Di sana terpampang wajah-wajah akrab
Jejaka Cendana dan gadi Sandelwood
Duduk berdamping di balik puing-puing kehancuran
Dan reruntuhan tembok-tembok kota

Pancaran mata penuh ceria
Membalut luka curiga bertepuk sebelah tangan
Serasa aku melihat,
Hati mereka merajut benang-benang kasih
Menjadi kain bermotif cinta
Seakan aku simak
Pijar mata mereka penuh yakin
Di celah-celah puing kehancuran
Bertumbuh tunas-tunas cinta
Bersemi di hati yang mendamba

Birakan aku menamai kamar ini
Kamar potret pengharapan
Berhenti sejenak di persimpangan jalan cita-cita
Biar Cuma sesaat
Untuk saling memandang, mengetuk jendela hati
Semoga nama terpatri di sana

Wahai kamar bergantung potret padat makna
Biarkan aku bersimpuh di sini
Untuk memandang dan boleh berharap
Hati mereka bersanding mentari
Sambil menoreh angan di langit biru
Bulan sekali kelak jatuh ke pangkuan

Wairpelit, Maret 1993
Buat Kae Octo Klau dan Lidya lodang

**** Rewritte : Sabtu 21 November 2009.

AKHIRNYA KITA BERSATU LAGI

Akhirnya kita bersatu lagi di sini
Di antara puing-puing kehancuran
Di balik-tembok-tembok yang rubuh
Di kota duka
Bencana alam sembilan dua

Kita bersatu lagi
Menyanyikan lagu-lagu riang
Mengangkat kidung pujian
Bergema mars kemenangan
Cinta tak roboh diguncang gempa
Tak tenggelam walau gelombang pasang meneimpa

Hari ini semestinya kita menulis puisi
Dengan nuansa-nuansa baru
Pada birunya kisah kita
Seperti pasang laut dan ombak malam hari
Menghapus bekas-bekas kaki pada pasir

Akhirnya kita bersatu lagi
Di akhir badai lena berallu
Dan hari-hari remuk dan keruh pergi
Di hatiku, hatimu terpatri rasa
Ikan dan air

Akhirny kita bersatu lagi
Berjanji menghapus luka-luka hati
Seia sekata dalam rencana
Pabila badai melanda
Kita beralari ke dalam celah-celah hati
Penuh kasih dan sayang
Bersembunyi di balik dinding cinta
Kalau pun maut menjemput
Seirama kita ke sana

Wairpelit, 5 maret 1993
Buat dikenang Pesahabatan Laura Rity
*** rewrite 21 November 2009


KUCATAT HARI INI
Dalam derap langkahmu hari
Kembali lorong-lorong kenangan bersaksi
Kita seirama menghitung batu-batu bisu
Kita bercerita tentang waktu yang pergi
Dan musim yang berlalu

Di hati masih ada tanya ingin lepas
Dari jendela-jendela yang tertutup
Mengintip celah-celah kelam
Masihkah ada sepenggal harapan
Tersimpan di sana.

Hari ini mestinya kucatat
Di sinilah pertemuan itu terjadi
Bukan untuk bersekutu
Bukan pula untuk berperang
Tapi Cuma menggoyangkan lonceng kenangan
Biar bergema dentanganya membelah gunung
Memantul dari lembah ke lembah
Kabarkan pada alam kering kerontang
Di sinilah kita bersatu lagi

Wairpelit, 22 Maret 1993
Buat Merpati Putih
**** Rewritte , 20 Nov. 2009

LAGU KENANGAN
Kala lagu ini kembali berkumandang
Dentang imanku kembali bergema
Dari rantuan kelana terasing
Serasa memanggil aku mengenang kembali
Lorong-lorong kesunyian berbuah rahmat

Di sana
Tersimpan ceritaku masa lalu
Tergantung potretku tegak berjubah
Memandang dunia dari simpang
Lawan arus
Membangunnya dari dalam
Di atas wadas iman yang rapuh

Di situ
Lagu itu kami nyanyikan malam hari
Mengangkat puja rahmat berlalu
Mengemis kasih malam nanti
Menggantung harap bangun di pagi hari
Boleh memandang cerahnya mentari
Dan beningnya embun pagi
Pada pucuk-pucuk hijau

Kini lagu itu kuulangi
Dari lorong-lorong bising kesibukan dunia
Untuk mengenang kisah anak manusia
Hidup ini penuh kenangan

Wairpelit, 24 Maret 1993
**** Rewritte , 20 Nov. 2009




SENJANYA SEBUAH KASIH
Maumere manis e..e
Tak lagi merdu terdengar
Kala senjanya sebuah kasih
Mengukir kisah di dermaga tua
Seakan pasrah pada kapal-kapal
Yang buas merenggut hati dan cinta
Ke balik puccuk-pucuk gelombang
Tak berbelas kasihan pada yang ditinggalkan

Pelabuhan jadi saksi
Kita menambatkan
Penantian panjang
Kembali pulang membawa sekeping hati
Yang pernah hilang

Wairpelit, 23 Juni 1993
Kenangan perpisahan dengan Edna
**** Rewritte , 20 Nov. 2009


MERAJUT MIMPI
Malam sunyi mencekam sepi
Merajut mimpi-mimpi
Menjaring angan
Merenda rindu

Di celah-celah napas sahabat
Yang terlelap tidur di samping
Terselip pesan perjuangan kaum miskin
Mencari sesuap nasi dan seteguk air
Namun yang mereka terima
Cumalah janji pembangunan atas nama mereka
Tapi hasilnya dinikmati para penguasa

Dalam dengkur lelaki tua
Di balai-balai
Tersimpan sejuta dendam hati tertindas
Kaum birokrat
Menanti fajar memerangi ketamakan Boss

Oh malam yang sunyi
Masihkah kau menyembunyikan
Suara-suara kecil yang mengeluh
Dan akankah kau tetap menampung
Mimpi-mimpi kaum pinggiran
Akan hari esok yang tak pernah berubah
Oleh kemiskinan struktural???

Nangalimang, 23 Juli 1993.
Refleksi KKN di SANRES
**** Rewritte , 20 Nov. 2009




SIAPA AKU
Malam bertanya siapa aku
Aku adalah rahasia malam yang hitam
Ada kebisuan yang penuh tanya
Memandang pekatnya malam jiwa
Berdau pandangan sayu pada bulan
Suram menyabit
Hatiku Cuma nyanyian keraguan
Dengan nada-nada pasrah
Menanti fajar merekah

Angin berbisik siapa aku
Aku ruhnya heran diingkari zaman
Aku angin yang tak pernha berhenti
Menggelanan tak ada akhir
Terus melangkah tanpa henti
Dan bila terbentur curamnya
Aku akan kembali dengan sinar mata
Yang sayu

Waktu bertanya siapa aku
Sku bagai dia yang memeluk
hari-hari berlalu dan menunjuk yang akan datang
Aku bangkitkan pesona harapan yang menawan
Menghidupkan masa lampau yang silam
Mrangkai masa depan mengynyah sesuap nasi
Yang ditebus dengan keringat dan darah

Dan bila kau bertanya siapa aku
Aku adalah anak penggelandang
Berumah di hati pembelas kasih
Bercinta dalam dekapan
Tangan-tangan yang terbuka

Refleksi : Kerja sambil kuliah karena tidak ada uang
Nangalimang, 4 November 1993
**** Rewritte , 20 Nov. 2009

HATIKU PADAMU
Walau larut malam
Mataku belum larut dan sayu
Menanti dalam bayang-bayang rindu

Kau si seberang jalan
Aku di sini sepi
Bukan karena tak ada lawan bicara
Bukan karena alam bisu tak bercerita
Tapi karena hatiku padamu
Terungkap dalam puisi-puisi rantau

Ini kutulis di hati
Tentang cinta yang bersemi
Di awal Natal

Refleksi : Kisah cintaku kepada Yohana
Wairpelit, 16 Januari 1994
**** Rewritte , 20 Nov. 2009

PANDANGAN PERTAMA
Betapa kebetulan ini
Kita menyatu hati walau saling asing
Betapa kebetulan ini
Kita berawal pada saat yang sama
Pada kedipan mata pandangan pertama

Lalu aku bertanya kapan
Lantas kau berkisah
Tentang celah-celah hati yang simpatik
Terpancar pada canda yang menawar harga belanja
Aku terperanjat karena sadar
Di saat yang sama hatiku pun hilang
Jatuh pada hatimu

Di sinilah kebetulan itu terjadi
Kita sama-sama menyimpan rasa
Terungkap pada hari menjelang natal
Menyatu pada detik-detik tahun baru
Dan hati kitapun seakan ladang baru

Tempat kita menabur cinta
Bertunas dari hari ke hari
Bersemi kuncup-kuncup rindu
Yang membara bila sehari tak bertemu
Berdaun satu-satu pada keping-keping
Kemesraan yang menggetar.

Ini kebetulan
Yang akan menjadi cerita cinta
Sama-sama kita menunduk kepala
Mengangkat hati cinta kita
Berbunga harum semerbak
Mewangi alam juang dengan aroma yang berhamburan
Pada malam pengantin pada mimpi-mimpi

Refleksi : Kisah cintaku kepada Yohana
Wairpelit, 17 Januari 1994
**** Rewritte , 20 Nov. 2009






UNTUK DIRENUNGKAN
Dimalam yang sepih ini
Ada hasrat berpeluk tak lepas
Menyiksa hati tak ingin sendiri
Melangit angan bersanding berdua
Menepis gelisah bayang-bayang rindu
Terpuaskan..

Dari sudut kampung
Kudengar anjing menggonggong lepas suara
Kemduan sunyi ditelan senyap malam
Di sudut hatiku yang jatuh cinta
Masih terdengar merdu suaramu
Mesrah berbisik jujur
Selebut sutra mengikat hati

Bila esok kita bertemu
Aku akan ceritakan tentang rintihanku malam ini
Menjadi teman bercanda dalam mimpi-mimpi indah
Dan akan kunikmati sinar matamu
Yang tak lenyap dalam pelupuk mataku
Merayu hati tak ingin pisah
Menyejuk kasih tak kuasa menahan rindu.
Buat Yoni Kekasihku
Wairpelit, 18 Januari 1994
**** Rewritte , 20 Nov. 2009




CINTA MENGALAHKAN SEGALANYA
Pandanglah sinar mataku
Walau sayu tapi tak redup
Di sini tersimpan sinar kehidupan
Dan tergantung bintang gemerlap
Pujaan hatimu

Kala kau hening menyimak sukma
Salju turun di sawang lapang
Dan mimpi-mimpi kita yang bisu
Bersemi dan mekar pada langit hati

Musim semi akan tiba sesaat
Dari semua damba dan harapan
Akan terpuaskan
Semua mimpi yang menggetar
Akan meleleh lenyap dan tiada

Dan Kau pun tahu
Segala rahasia adat dan agama
Akan mencair dan mengalir
Pada sungi kehidupan di lembah cinta
Sungaipun akan menyelimuti jeritanmu
Dan mengubah sendu jadi kidung bintang
Dalam nada-nada musim semi

Di sinilah kita lupa asal usul kita
Laut senantiasa membuka tangan
Keibuannya dan mendekap
Meraih kita dalam dekapannya
Buat Yoni Kekasihku
Wairpelit, 24 Januari 1994
**** Rewritte , 20 Nov. 2009




RATAPAN MALAM
Kepadamu kukeluhkan duka yang membisu
Jatuh ke ladang hati
Bagai benih tumbuh bersama ratapan malam
Aku terpenjara dalam kenyataan
Dan kegelapan masa bakti

Aku laksana burung rajawali
Terpenjara dalam sangkar besi
Menjerit tak mampu
Menangis tak ada air mata

Kala aku melangkah menemukan jalan
Sebilah pedang penghinaan menembus
Menikam hati mengalir darah keputusasaan
Yang kugapai
Cuma bayang-bayang mimpi awan kelabu

Aku menemukan kesendirian
Himpunan dukacita yang membelenggu
Yang kuraih Cuma bayang-bayang malam
Mengganjal kesedihan hati yang bertanya

Kesedihanku
Adalah duri dalam hati
Yang menusuk liku-liku hidup tanpa harapan
Ratapanku adalah untaian sanjak
Nada-nada keluh
Pada lembaran masa muda yang kosong.

Refleksi : keterpecahan diri
Wairpelit, 27 Januari 1994
**** Rewritte , 20 Nov. 2009


MAWAR DI KAKI BUKIT
Kutanam di taman damba
Pada musim hujan di akhir tahun
Kala lonceng natal berdentang
Dan sepasang burung gereja mencecit
Memaduh kasih pada ranting-ranting bertunas

Kusirami dengan cinta
Serasa sinar mentari terpantul bening
Butir-butir kasih kupercikan dengan kelembutan
Selagi getar-getar harapan kubisikan
Dalam bahasa diam

Detik-detik awal tahun adalah tanda
Setangkai mawar bertunas di tamanku
Membalas bisikan harapan yang menggetar
Tersenyum dalam bahasa hati
Men janjikan setangkai bunga
Bila musim bunga tiba
Buat Yoni Kekasihku di Kaki bukit
Wairpelit, 4 Februari 1994
**** Rewritte , 20 Nov. 2009

KURSI BAMBU
Di akhir Ziarahku hari ini
Aku duduk terenung
Di atas kursi bambu
Menikmati keheningan malam

Mataku tertuju pada cahaya neon dari seberang jalan
Terkadang pudar karena lambaian daun ketapang
Diterpa angin malam
Mengucapkan isyarat dan bertanya
Mengapa berada di sini

Antara kursi bambu dan neon
Terbentang bayang-bayang hampa
Selagi dirIku tak tahu menjawab
Mengapa aku termenung di sini

Refelski keterpecahan diri
Wairpelit, 10 Mei 1994
**** Rewritte , 20 Nov. 2009


JAWABAN UNTUK PENGAWASAN KETAT
Di sinilah kata itu kutulis
Bagai desau angin malam yang mendesir
Bagai pasir dan ombak yang menderu
Bagai mata yang memandang diri

Biarlah kata dan nada-nada sumbang
Membuat melodi cinta tak panjang
Sebab hanya bulan purnama
Yang mengintai gontai langkah dimalam yang gulita
Dan kerikil jalan setapak yang bersaksi
Langkah kaki telanjang
Tanpa alas membungkus kesakitan

Perjalanan cinta memang bertebing dan terjal
Bila kumpulan isi hati bukan dasar pijak
Langkah itu terkapar dan jatuh

Ini kutulis kata itu
Pada lembar hidup masa lalu
Di sana akan terselipkan untaian tutur dan puisi tua
Karena puisi itulah jejak-jejak kaki ziarah hidupku

Ijinkan kau berdiam diri
Menanam pucuk-pucuk hidup
Dalam ladang kalbu yang luas
Agar bertumbuh
Dan menati musim untuk berbuah
Refleksi keterpecahan diri
Wairpelit, 13 Mei 1994
**** Rewritte , 20 Nov. 2009