Senin, 17 Oktober 2016

HUJAN

Hujan mengapa kau turun tak hentinya..
Hujan tega kau batalkan janjiku
Bertemu dengannya
Walau dalam kisah basah berdua
Di persimpangan jalan

MADONA

MADONA,....!!!!
MADONA
MADONA

ku kan tetap memnggil namamu
Dalam gelapnya siang
dan terangnya malam


Ku kan tetap bernyanyi untukmu
Takala menuruni bukit
dan mendaki ke lembah.
Dan...kukan tetap tegar
Dalam semangat yang lunglai
dan ku akan tetap tersenyum
dalam getir jiwa yang tersayat

MADONA
MADONA
MADONA

Kuttulis namamu
pada Loh hati yang hilang

PURNAMA KENANGAN

Purnamanya bulan di malam ini
Tak seindah purnama bulan berlalu
Sendiri duduk di bangku ini
Diam seakan membisu

Menyusuri lorong kenangan
Di bawah terang rembulan
mencuri pandang
Mengagumi beningnya telaga mata
Memantulkan kemilau
purnamanya cinta

(Minggu, 16 Oktober 2016)
 

Selasa, 27 September 2016

KENANGAN

Dalam sepinya malam ini
Kutulis puisi ini
Menyatu dalam kenangan
Seakan menjadi lautan kisah
Yang mulai berlayar bersama jiwaku

Tuk pulang kembali
Dalam indahnya tawa
Dan beningya air mata
Terlukis dalam kenangan abadi
Seabadi rindu yang menggetir
Lereng bukit, Selasa 27 September 2016

SELAMAT PAGI MENTARI


Kicau burung pagi ini
Membangunkanku tuk bangkit berdiri
Membuka jendela kamar
Menyambut gadis kecilku 


Yang datang bersama cahaya
Memancar abadinya cinta
Menyapa
Menggandengku pergi

Di Lereng bukit
Terus merayuku
Tuk memandang jauh
Sejauh mata memandang
Dan
Menyelam dalam
Sedalam lubuk hati yang menyimpan rasa

Lantas Mesrah
Menarik tanganku
Tuk erat menggemngam
Sama menyapa
Selamat pagi Mentari.

Kamis, 22 September 2016

KAU PASTI TAHU




Aku tak mesti bernyanyi
Karena yakin kau dengar suara hatiku
Tak mesti  kulukiskan rasa sayang

Karena terlihat  ketulusanku


Tak akan kutulis keping-keping kerinduan
Karena  kau tahu penantianku abadi
Dan tak akan ada di sampingmu
Walau sampai bumi tak bermentari

Guratan kata ini kurangkai
Tuk mengagum
Beningnya telaga di matamu
Memantul sinar keemasan di pagi hari
Membangunkan jiwaku yang terlelap
Tuk bangkit dan kembali
Berjalan tegap

(Gubuk Bambu Lereng Bukit : 22 Sept.2016)

Minggu, 18 September 2016

IKLAS

Aku kumampu
Menulis kata iklas
Pada gapura hati
menghantarmu
tanpa air mata.
dan kau
jangan ada air mata.
Tetaplah mutiara!!!!

Senin, 05 September 2016

DAN KAU LUPA

Gontai jiwaku memapah menahan perih
Melukis wajah pada hamaparan pasir
di bibir pantai lautan Ziarah
mengukir.
Sepenggal syair kesetiaan
bersanding sinar mata yang mengintip dalam diam

Lantas siagamu merampas
Memekikan kepahlawanan
Kemenangan dengan tangan bersih
dan lupa
Membalut luka dan darah tercurah
Dari tanganku yang terus memahat

Rabu, 20 Juli 2016

untuk lelaki muda



Tak akan pernah bibirku berucap rindu
Walau nyata menyayat kalbu
Tak akan pernah kuratapi kehilangan
Walau pedih memagut kesendirian


Yang kumampu
Cuma menatap kaki langit di ujung senja
Merayu sang malam
Tak akan merenggut emasnya kemesaraan
Di pucuk-pucuk gelombang

UNTUK LELAKI MUDA

Seutas rindu kian melilit
mengikat erat seonggokan jejak yang terpahat
bersamamu dalam semilir angin senja
pada rintik hujan
menjelang malam
di ujung jalan……


haruskah gundahku membisu
dalam damba yang meneriakan
kisah kembali terulang
di sini
malam ini

Senin, 06 Juni 2016

UNTUKMU GADISKU



Kuhanya sanggup duduk termenung
Di sudut hati yang terus galau
Mesrah memeluk rindu  tak terucap
Menerawang  jauh terus mengejar
Memanggil pulang kebersamaan yang tak terulang


Lantas melukis tentangmu
Pada lembar-lembar  hati yang hilang
Kau bawa pergi separuh jiwa
Terpasung dalam harapan
Menghalau tak lepas

Kamis, 07 Januari 2016

SENANDUNG KERINDUAN MENGGELISAH




Entah  harus bagaimana lagi
Kugoreskan pena Perpisahan  ini
Pada selembar hati yang kian menggelisah
Pada sepenggal penyesalan yang  kini hadir
Terpenjara dalam kenangan yang enggan terkikis
Terpahat pada tapak-tapak  kebersamaan yang berlalu

Entah untuk berapa kali sudah
Kutangisi perjumpaan  ini  berawal
Terus berjalan …….
Dalam satu karya  dan pelayanan
Dengan kata dan nada penuh akrab
Dengan senyum yang saling mendukung
Dengan  tatapan  mata  yang sama memahami
Seiring waktu yang datang dan pergi

Entah dengan apa harusnya  kulukis
Tentang hati yang tak rela
Kebersamaan ini pergi membawa sejuta kenangan manis
Yang   terpahat  pada dinding kalbu
Terpatri  dalam bingkai jiwa yang  memagut.

Kau……..
Akan kau tahu tentang hari-hariku esok
Sendiri duduk di bangku tua ini
Memandang jauh entah membidik apa
Sebentar menengadah entah untuk apa
Menarik napas panjang
Melapas seketika entah penyesalan apa

Akan kau tahu
Tentang  galau yang  memagut jiwa
Terpasung dalam kegetiran
Terpenjara dalam kerinduan gundah gulana
Bersiul dalam senandung Perpisahan yang menggelisah.